Jumat, 26 April 2013

dampak perkembangan iptek bagi kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari

Dulu, internet mungkin dianggap sebagai sesuatu yang "wah" dan rumit bagi orang awam, namun sekarang bisa kita lihat sendiri, internet telah menjadi sesuatu yang umum bagi banyak orang. Atau mungkin kita termasuk salah satu diantanya yang mempunyai hampir semua akun di jejaring sosial, dan berinteraksi secara intensif dengan individu lain secara maya.
Di zaman sekarang sekarang ini beberapa orang terlalu berlebihan dalam memandang atau menggunakan gadget. Dimana pun dan kemana pun orang tersebut berada, dia tidak akan lepas dari handphonenya. Ditambah lagi sekarang ini sudah memasuki era smartphone, sehingga banyak yang bisa dilakukan dalam satu genggaman saja.
Selain itu makin kecanduannya anak-anak sekarang dengan beragam video game dikarenakan hardware pemutar game seperti laptop dan desktop yang sudah semakin canggih.

Pada satu sisi, perkembangan dunia IPTEK yang demikian mengagumkan itu memang telah membawa manfaat yang luar biasa bagi kemajuan peradaban umat manusia. Jenis-jenis pekerjaan yang sebelumnya menuntut kemampuan fisik yang cukup besar, kini relatif sudah bisa digantikan oleh perangkat mesin-mesin otomatis. Demikian juga ditemukannya formulasi-formulasi baru kapasitas komputer, seolah sudah mampu menggeser posisi kemampuan otak manusia dalam berbagai bidang ilmu dan aktifitas manusia. Ringkas kata kemajuan IPTEK yang telah kita capai sekarang benar-benar telah diakui dan dirasakan memberikan banyak kemudahan dan kenyamanan bagi kehidupan umat manusia. Sumbangan IPTEK terhadap peradaban dan kesejahteraan manusia tidaklah dapat dipungkiri. Namun, manusia tidak bisa pula menipu diri sendiri akan kenyataan bahwa IPTEK mendatangkan malapetaka dan kesengsaraan bagi manusia.

Sebaiknya bila di zaman era globalisasi dan teknologi yang semakin canggih ini, kita sebagai penikmat teknologi sekaligus pengguna, lebih bijak dalam menggunakan dan mengaplikasikan kebutuhan teknologi dalam kehidupan kita.
Dan jika pengguna nya adalah anak-anak sebaiknya orangtua yang memberikan video game kepada anak terutama dibawah umur,  perbanyaklah dalam meluangkan waktu bersamanya, misalnya dengan melakukan aktivitas di luar rumah untuk sekedar bermain ataupun berolahraga. Sehingga akan terjalin hubungan yang harmonis antara orangtua dan anak, dan akan pun akan lebih mengekspresikan dirinya ketimbang ia seharian di depan video game.

Dan sekarang tergantung individu masing-masing, karena hanya diri kita sendiri yang bisa mengendalikannya dari teknologi yang semakin lama semakin menjamur.

Jumat, 29 Maret 2013

Perkembangan Alam Pikiran Manusia

 Perkembangan Alam Pikiran Manusia

1. Bagaimana alam pikiran manusia berkembang?

Perkembangan Alam Pikiran
Manusia sebagai makhluk yang berpikir dibekali rasa ingin tahu. Rasa ingin tahu inilah yang mendorong untuk mengenal, memahami dan menjelaskan gejala-gejala alam. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai ciri-ciri:
  1.  memiliki organ tubuh yang komplek dan sangat khusus terutama otaknya.
  2. mengadakan pertukaran zat, yakni adana zat yang masuk dan keluar
  3. memberikan tanggapan terhadap rangsangan dari dalam dan dari luar
  4. memiliki potensi berkembang biak
  5. tumbuh dan bergerak
  6. berinteraksi dengan lingkungannya
  7. meninggal atau mati
A. Sifat Unik Manusia
 Dibandingkan dengan makhluk hidup lain, jasmani manusia adalah lemah, sedangkan rohani, akal budi dan kemauannya sangat kuat. Manusia tidak mempunyai tanduk, taji ataupun sengat maka untuk membela diri terhadap serangan dari makhluk lain dan untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan, manusia harus memanfaatkan akal budinya yang cemerlang. Kemauannya yang keras menyebabkan manusia dapat mengendalikan jasmaninya.
 Kalau tubuh mendapat pengaruh negatif dari lingkungan, maka timbul reaksi yang mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari lingkungan, maka timbul reaksi yang mendorong tubuh supaya melepaskan diri dari lingkungan yang merugikan.
B. Rasa Ingin Tahu
Dengan pertolongan akal budinya, manusia menemukan berbagai cara untuk melindungi diri terhadap pengaruh lingkungan yang merugikan. Tetapi adanya akal budi juga menimbulkan rasa ingin tahu yang selalu berkembang. Dengan kata lain, rasa ingin tahu tidak pernah dapat dipuaskan.  Rasa ingin tahu mendorong manusia untuk melakukan berbagai kegiatan yang bertujuan untuk mencari jawaban atas berbagai persoalan yang muncul didalam pikirannya.
 Sebenarnya setiap orang mempunyai rasa ingin tahu, meskipun kekuatan atau intensitasnya tidak semua sama, sedangkan bidang minatnya berbeda-beda. Rasa ingin tahu inilah yang dapat diperkuat ataupun diperlemah oleh lingkungan.
 Jadi, rasa ingin tahu tiap manusia pada setiap saat belum tentu sama kuat, demikian pula kelompok fenomena yang menimbulkan rasa ingin tahu biasanya berbeda-beda dan dapat berubah-ubah menurut keadaan. Rasa ingin tahu yang terus berkembang dan seolah-olah tanpa batas itu menimbulkan perbendaharaan pengetahuan pada manusia itu sendiri.
C. Rasa Ingin Tahu Menyebabkan Alam Pikiran Manusia Berkembang
          Ada dua macam perkembangan yang akan ditinjau, yaitu:
  1. Perkembangan alam pikiran manusia sejak zaman purba hingga dewasa ini
  2. Perkembangan alam pikiran manusia sejak dilahirkan sampai akhir hayatnya
          Perkembangan alam pikiran dapat juga disebabkan oleh rangsangan dari luar, tanpa dorongan dari dalam yang berupa rasa ingin tahu. Jadi dengan kata lain, bahwa alam pikiran manusia berkembang terutama karena ada dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu.

Manusia sebagai makhluk berpikir dibekali hasrat ingin tahu tentang benda atau peristiwa yang terjadi disekitarnya, termasuk juga rasa ingin tahu tentang dirinya sendirinya. Rasa ingin tahu inilah manusia untuk memahami dan menjaskan gejala-gejala alam, baik alam besar (makrokosmos) maupun alam kecil (mikrokosmos), serta berusaha memecahkan masalah yang dihadapi. Dorongan rasa ingin tahu dan usaha untuk memahami dan memecahkan masalah yang dihadapi, menyebabkan manusia dapat mengumpulkan pengetahuan.

Rasa ingin tahu yang terdapat pada manusia menyebabkan pengetahuan mereka menjadi berkembang. Setiap hari mereka berhubungan dan mengamati benda-benda dan semua peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Pengamatan-pengamatan yang ditangkap melalui panca inderanya merupakan objek rasa ingin tahunya. Manusia tidak akan merasa puas jika belum memperoleh hal-hal yang diamatinya.

Mereka berusaha mencari jawabannya dan untuk itu mereka harus berfikir, rasa ingin tahunya terus berlanjut, bukan hanya apa-nya saja yang ingin diketahui jawabannya, tetapi jawaban dari bagaimana dan kemudian berlanjut mengapa tentang hal-hal yang bersangkutan dengan benda-benda dan semua peristiwa yang diamatinya.

Berlangsungnya perkembangan pengetahuan tersebut lebih dipermudah atau diperlancar dengan adanya kemampuan ini, maka dapat dilakukan tukar menukar informasi mengenai pengalaman dan pengetahuan yang mereka miliki masing-masing. Perkembangan pengetahuan pada manusia juga didukung oleh adanya sifat manusia yang ingin maju, sifat manusia yang selalu tidak puas dan sifat yang lebih baik. Mereka selalu berusaha memperoleh pengetahuan yang lebih baik.


SUMBER:

Aly, Abdullah. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Djaliel, Maman Abdul. 2008. Ilmu Alamiah Dasar. Bandung: CV Pustaka Setia
Rahma, Eny. 2004. Ilmu Alamiah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Jumat, 15 Maret 2013

PSIKOTERAPI


1)      Jelaskan pengertian Psikoterapi ?
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan da akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “ mind” atau sederhananya jiwa an “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat”  atau “mengasuh”, sehingga Psikoterapi dalam arti sempitnya adalah perawatan terhadap aspek kejiwaa seseorang.

2)      Tujuan Psikoterapi ?
Tujuan Psikoterapi menurut Ivey, et al (1987) adalah, membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi suatu yang disadari. Sedangkan menurut Corey (1991) tujuan psikoterapi adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari.

3)      Unsur Psikoterapi ?
Menurut Masserman, ada delapan "parameter pengaruh" dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi, yaitu:
  1. peran sosial (martabat) 
  2. hubungan (persekutuan terapeutik)
  3. hak
  4. retrospeksi
  5. re-edukasi
  6. rehabilitasi
  7. resosialisasi
  8. rekapitulasi
4)    Perbedaan Psikoterapi dengan Konseling

Konseling dan psikoterapi dapat dipandang berbeda lingkup pengertian antara keduanya. Istilah “psikoterapi” mengandung arti ganda. Pada suatu segi, ia menunjuk pada suatu yang jelas, yaitu satu bentuk terapi psikologis. Tetapi pada lain segi, ia menunjuk pada sekelompok terapi psikologis, yatu suatu rentangan wawasan luas tempat hipnotis pada suatu titik dan konseling pada titik lainnya. Dengan demikian, konseling merupakan  salah satu bentuk psikoterapi. 

5)    Pendekatan psikoterapi terhadap Mental Illnes

  • Psikoanalisa 
menekankan faktor ketidaksadaran dan berlandaskan pada pengaruh aspek biologis manusia.
  • Behavioristik 
pendekatan yang cukup dekat dengan behavioristik adalah pendekatan kognitif, yang menekankan proses berpikir rasional dalam terapi. Pendekatan ini memandang manusia dari sudut perilaku yang tampak, yang bisa diobservasi,
  • Humanistik 
Pendekatan ini sangat mementingkan nilai-nilai kemanusiaan pada diri seseorang
  • Gestalt 
sebagian besar merupakan terapi eksperimental yang menekankan kesadaran dan integrasi, yang muncul sebagai reaksi melawan terapi analitik, serta mengintegrasikan fungsi jiwa dan badan.
6)   Bentuk Utama Terapi

  1. Terapi Psikoanalisis
teknik atau metode pengobatan yag dilakukan oleh terapis dengan cara menggali permasalahan dan pengalaman. Tujuannya adalah untuk mengubah kesadaran indivisu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar, serta memperkuat ego individu untuk dapat menghadapi kehidupan realita.
   2.   Terapi Rasional Emotif
Berpikir dan berperasaan saling berkaitan, namun dalam pendekatannya lebih menitikberatkan pada pikiran daripada ekspresi emosi seseorang.
  3.   Terapi Client-Centered
terapi berpusat pada klien (Client Centered Teraphy) merupakan salah satu teknik alternatif dalam praktik pekerjaan sosial, terutama bagi terapis yang tidak begitu menguasai secara baik beberapa teori dan praktik pekerjaan sosial, walaupun begitu bukan berarti tanpa tantangan dan keahlian yang spesifik.

DAFTAR PUSTAKA


  • Gunarsa, S.D (2004), Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia
  • Mashudi, F. (2012). Psikologi Konseling. Jogjakarta. IRCiSoD
  • Mappiare, Andi. (1992). Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo


Jumat, 15 Juni 2012

Film Yang Membuat Hati Saya Tersentuh

Film Yang Membuat Hati Saya Tersentuh


Dihari ini dengan kuliah matakuliah kesehatan mental, saya menonton sebuah film dengan durasi singkat, awalnya saya sempat bosan dengan pemutaran film tersebut, tetapi dengan durasi yang pendek film tersebut sangat bermakna dan membuat hati saya tersentuh, banyak sekali film yang diputar oleh dosen saya, film nya sangat bagus dan sangat bermanfaat bagi saya, tidak sia-sia saya datang kuliah ternyata membawa manfaat :D, sekilas film-film yang di putar :

Kisah Nyata Ayahku dan Aku
 film ini menyentuh hati saya banget, ketika sang ayah menanyakan itu apa? berkali-kali , namun sang anak memarahi sang ayah, kemudian ayah masuk kedalam rumah dan mengembalikan catatan yang bertuliskan bahwa semasa kecil nya anaknya juga menanyakan hal yang sama sampai 21kali, film ini sangat bermanfaat bahwa kita harus menghoramti kedua orang tua kita, jangan sekali-kali kita membentak atau memarahinya, kita, sayangi orang tua kita.

Kisah Nick Vuijicic
Nick Vuijicic terlahir sebagai seorang cacat dengan banyak kekurangan,Nick ini bisa mengikuti semua jenis olahraga, dengan tubuh nya yang seperti ini nick bisa sampai sarjana..hidup harus disyukuri…apapun keadaannya. Akhirnya perlahan namun pasti…nick menjadi seorang motivator hebat yang mendunia…dan berhasil memotivasi jutaan orang di seluruh dunia untuk terus meraih mimpi


 Film ini menyadarkan kita untuk tetap menghargai siapun orangnya, janganlah kita melihat seseorang dari fisiknya.

Cukup sekian curahan dari saya, sebenarnya masih banyak lagi judul filmnya, Inti dari semua film tersebut.. kita itu harus selalu bersyukur apapun yang kita rasakan, hidup harus selalu berpositif, berdoa, janganlah kita hidup selalu mengeluh, ketika kita berada dalam keterpurukan kita harus mempunyai tujuan dan harus bangkit..

COBAAN = LATIHAN dan dengan latihan ini kita akan menjadi pribadi yang lebih tangguh, lebih tegar dan lebih bisa bersabar

Mengeluh tak akan pernah menyelesaikan apapun, tapi hanya menambah beban.berhentilah mengeluh segera ambil tindakan..

Lakukanlah apa yang kita lakukan, selama itu bernilai positif bagi kita.

Mimpikan yang kau mau, dan kejarlah impian itu

Kesuksesan itu penuh tantangan, gagal sekali dua kali itu biasa, tetaplah konsisten dengan mimpi kita

Jumat, 20 April 2012

SELF DIRECTED CHANGE

Kali ini saya mendapat tugas untuk menjelaskan tentang apa itu "SELF DIRECTED CHANGE"
Meskipun kalian merasa bebas untuk berubah dan tumbuh serta membuat sebuah keputusan untuk melakukan sesuatu, maka tidak ada jaminannya bahwa kalian akan melakukan itu. Oleh sebab itu kita juga harus mengetahui bagaimana untuk melakukan hal tersebut dengan itu saya akan membahas nya.

Menurut teori kompetensi, langkah yang merupakan elemen mendasar untuk mengajarkan atau menigkatkan kompetensi orang dewasa (Competence At Work, 1993). Biasanya disebut dengan istilah "Self Directed Change Theory".
Teori ini mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri ke arah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung, katakanlah semacam stres.
Menurut teori ini juga, orang dewasa akan berubah kalau berada dalam kondisi di bawah ini:
1. merasa tidak puas dengan kondisi aktual yang dihadapi (actual)
2. punya gambaran yang jelas tentang kondisi ideal yang ingin diraih/dikehendaki (ideal)
3. punya konsep yang jelas tentang apa yang akan dilakukan untuk bergerak dari kondisi aktual menuju kondisi ideal (action step)

Self directed Change juga memiliki beberapa tahapan, seperti:

1. meningkatkan kontrol diri
Hurlock mengatakan "kontrol diri berkaitan dengan bagaimana individu-individu mengendalikan emosi serta dorongan-dorongan dalam dirinya" Kontrol sosial itu sendiri adalah individu sebagai pengaturan proses-proses fisik, psikologis dan perilaku seseorang. Ketika seseorang ingin merubah kebiasaanya terhadap perbedaan yang sangat besar, seperti orang yang selalu bermalas-malasan saat kuliah,
2. menetapkan tujuan
 Dalam hidup kita harus mencoba hal baru dan mengubah hal yang jelek menjadi lebih baik lagi. Tetapkan target kalian untuk mencapai tujuan hidup yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan lebih rajin masuk kelas setiap mata kuliah, dan mendengarkan ajaran dosen.
3. Pencatatan perilaku
Untuk mengubah suatu kebiasaan yang jelek, catatlah hal apa saja yang bisa kita ubah dari kebiasaan tersebut, dari situ kita bisa menilai mana yang akan membantu dan memotivasi dan mana hal yang akan menggoda kita serta harus dihindari setiap kita berada dalam kelas.
4. menyaring anteseden perilaku
Tuliskan kebiasaan yang ingin kita perbaiki, dari situ kita akan melihat kerugiannya, apakah kesadaran konsekuensi lebih kuat dari keinginan melakukan kebiasaan tersebut?
5. menyusun konsekuensi yang efektif
 Setelah kita sudah memulai mengontrol beberapa kondisi yang memicu perilaku atau kebiasaan kita. Meningkatkan pengendalian diri, maka terdiri dari mengatur konsekuensi dari perilaku kita sehingga orang lain menerima perilaku yang diinginkan sebagi imbalan kita telah menyenangkan hati orang lain termasuk orangtua.
6. menerapkan pencana intervensi
 Hitunglah seberapa berhasilkah kita mencapai target-target tersebut. Misalnya setiap ujian (UTS, UAS) kita membandingkan nilainya setiap semester.
7. Evaluasi
 Lihat lah seberapa ada kemajuan nya kita dalam melakukan perubahan tersebut, usahakan setiap target tercapai, jika tidak alangkah lebih baiknya kita mengulangnya agar target tujuan kita tercapai.

SUMBER:

Gibbons Maurice. 2002. The Self-Directed Learning Handbook

Goleman, Daniel. 2004. Primal Leadership Kepemimpinan Berdasarkan Kecerdasan Emosi. Jakarta: PT Gramedia

Jumat, 06 April 2012

CANDID ALLWAYS

Hellllooowww...helllowwww tugas kali ini saya disuruh oleh dosen saya untuk membuat tulisaan bebas,, dengeriiinnn yukkk guys cerita saya hehehe :D
Sejak saya kuliah, saya memiliki 4 sahabat terbaik,,,,yukk mari saya kenalkan teman-teman saya, yang pertama ada Yohana “sirempong”, yang kedua ada Helen “si jenong”, yang ketiga ada Okan “si idung” dan yang terakhir ada Magda “si semok”.

Aku dan sahabat-sahabatku selalu berkata ;
“TIDAK ABDOL KALO PULANG MASIH SORE”

Ke empat sahabatku begitu asiiikkk dan seruuu, apalagi kalau soal yang namanya jalan-jalan pastii getol,haha.. aku selalu nongkrong dengan sahabat-sahabatku sehabis pulang kuliah entah dimana tempatnya yg penting nongkrong seharian sampai maghrib hehehe, apalagi ketika seharian tidak ada dosen, aku dan sahabat-sahabatku pasti selalu rencanain jalan-jalan ke suatu tempat untuk dikunjungi itu hari juga..saya terinspirasi untuk mengambil candidan dengan wajah-wajah yang unik.. 
Pada suatu hari aku dan sahabat2ku nongkrong di suatu tempat, saya mengambil candidan secara diam-diam tanpa sepengetahuan mereka hihihih, nih hasil candidan saya
ini dia nih salah korban-korbannya,

 YOHANA

 Ini adalah biang dari segala biang. Yohana tuh yaaa, orang yang pertama kali candid kita rame-rame, gara-gara dia kita jadi korban termasuk saya.

 OKAAAANN

Diantara semua nya, okan yang paling banyak punya foto candid'an, pokoknya tuh yaa ga ada yang nama nya candid ini anak, kocak abis mukanya tuh haha

MAGDA

kerjaannya molor mulu, pelor lah (nempel molor). Isi candid'an tentang dia tuh yang tidur-tidur semua.
Apalagi klo dikampus, kerjanya tidur aja.

HELEN


Hasil foto ini membuat saya tertawa ngakak sendirii, dengan wajah-wajah yang unikk hahaha
aku mempunyai koleksi foto2 candid'an nih selama kuliah dari semester 1 sampai semester 4, gak akan habisnya saya mengambil candid'an selama saya kuliah, 
Saya pun terkadang menjadi korban mereka (dicandid), tidak impas klo tidak saya balas hehe 
 bakal saya jadikan album untuk dijadikan kenangan wkwkwkwkwkwkwk,, yukkk capcusss kita lihat koleksinya..
Tapi, kalian baca doa dulu yaaa sebelum melihat, takutnya kalian ketawa ga berhenti-berhenti :)














Demikian tulisan dari saya ini, semoga membuat kalian semua terhibur :)
Terima kasih

Selasa, 03 April 2012

INTELINGENSI DAN KOGNISI

1.   Pengertian Inteligensi
         Dalam membahas fungsi otak terdapat dua pendekatan yaitu pendekatan psikometri dan pemrosesan informasi. Pendekatan psikometri melahirkan istilah Inteligensi dan IQ (Intelligent Quotient) dan pendekatan pemrosesan informasi melahirkan istilah Kognisi (Cognition). Pendekatan psikometri berdasarkan aspek strukturalnya, sedang pendekatan kognisi berdasarkan aspek prosesnya. Unit analisis dalam pendekatan psikometri adalah faktornya, unit analisis dalam pendekatan kognisi adalah komponen-komponen pemrosesan informasi. Pendekatan psikometri disebut juga teori psikometri, karena basisnya terletak pada studi mengenai perbedaan-perbedaan individu atau diferensiasi dari kemampuan-kemampuan individual yang tersembunyi. Keberadaan kemampuan yang tersembunyi tersebut hanya dapat diidentifikasi melalui teknik matematis yang disebut analisis faktor. Penerapan teori ini dalam tes-tes inteligensi dimulai dengan sebuah matriks interkorelasi atau analisis kovarian. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi sumber-sumber “laten” yaitu variasi yang tersembunyi dalam skor-skor tes yang dicapai. Pada gilirannya variasi tersembunyi ini kemudian diteorikan agar dapat memunculkan variasi-variasi yang dapat diamati dalam skor tes. Sumber-sumber laten yang dimiliki individu yang satu berbeda dari yang dimiliki individu lain, dan disebut faktor-faktor. Jadi perbedaan-perbedaan individu yang satu dengan yang lain yang muncul melalui performansi pada waktu tes-tes inteligensi dapat diubah kembali menjadi faktor-faktor. Masing-masing faktor tersebut mencerminkan kemampuan individu masing-masing.

Pandangan yang lebih representatif yang menggambarkan perbedaan-perbedaan individual adalah pandangan Thurstone (1938 dalam Stenberg, 1985: 5-6). Ia berpendapat bahwa inteligensi terdiri faktor yang jamak (multiple factors), mencakup tujuh kemampuan mental utama (primary mental abilities), yaitu:
a)      Pemahaman verbal (verbal comprehension). Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes kosa kata, termasuk sinonim dan lawan kata, dan tes-tes kemampuan menyimak bacaan.
b)      Kecepatan verbal (verbal fluency). Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut kecepatan dan ketepatan menghasilkan kata-kata, misalnya dalam waktu yang singkat mampu menghasilkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf d.
c)      Bilangan (number). Kemampuan ini biasanya diukur melalui pemecahan masalah-masalah aritmatika. Dalam tes ini sangat ditekankan tidak hanya masalah-masalah perhitungan dan pemikiran, tetapi juga penguasaan atas pengetahuan yang sudah ada sebelumnya.
d)     Visualisasi spasial (spatial visualization). Kemampuan ini biasanya diukur dengan tes-tes yang menuntut manipulasi mental atas simbol-simbol atau bangun-bangun geometris.
e)      Ingatan (memory). Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes mengingat kembali kata-kata atau kalimat yang dihafal dari gambar-gambar yang disertai keterangan gambar (kata-kata).
f)       Pemikiran (reasoning). Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes analogi-analogi (misalnya: Pengacara, Klien, Dokter,…. dan lain-lain), atau rangkaian huruf atau angka untuk diselesaikan (2, 4, 7, 11, …, …., …., ….).
g)      Kecepatan persepsi (perceptual speed). Kemampuan ini biasanya diukur melalui tes-tes yang menuntut pengenalan simbol-simbol secara cepat, misalnya kecepatan menyilang atau memberi tanda pada huruf f yang terdapat dalam deretan huruf-huruf (Stenberg, 1985: 5-6).


Howard Gardner (1983, 1993) mengajukan teori inteligensi yang bersifat jamak (multiple intelligence) yang membahas kemampuan otak manusia dan sensitivitasnya terhadap beragam budaya manusia. Gardner mengelompokkan inteligensi ke dalam tujuh kelompok:
(1) inteligensi linguistik (linguistic intelligence), yaitu kemampuan menggunakan bahasa dalam memahami bacaan (the ability to use language in a literary sense),
(2) inteligensi logika matematika (logical mathematical intelligence), yaitu kemampuan memahami dan menggunakan logika, matematika, dan ilmu pengetahuan (logical, mathematical and scientific ability),
(3) inteligensi spasial (spatial intelligence), yaitu kemampuan membentuk suatu model mental dari masalah spasial meliputi kemampuan menggerakkan dan mengoperasionalkannya sesuai dengan model tersebut (the ability to form a mental model of spatial world including the ability to manuver and operate it according to the model), (4) inteligensi musik (music intelligence), yaitu kemampuan menggunakan bahasa musik (the ability to use the languages of music),
(5) inteligensi kinestik-tubuh (bodily-kinesthetic intelligence), yaitu kemampuan memecahkan atau melihat masalah dengan cara menggunakan bagian-bagian badan atau seluruh badan (the ability to solves problems on to fashion them using parts of the body or the whole body),
(6) inteligensi interpersonal (interpersonal intelligence), yaitu kemampuan memahami orang lain dan motivasi-motivasi mereka, dan kemampuan mengetahui bagaimana bekerja sendiri atau bekerjasama dengan orang lain (the ability to understand other people and their motivations, and to know how to work alone or cooperatively with others),
(7) inteligensi intrapersonal (intrapersonal intelligence), yaitu kemampuan yang berkaitan dengan cara melihat ke dalam diri dan kapasitas untuk membentuk model yang akurat dan jujur mengenai diri sendiri yang dapat digunakan untuk menjalani hidup secara efektif (a correlative ability turned inward and a capacity to form an accurate and truthful model of self that can be used to operate effectively in life) (Khatena, 1992: 77-78).


2.   Pengertian Kognisi (Pemrosesan Informasi)
         Sebagaimana telah dijelaskan didepan bahwa dalam pembahasan tentang inteligensi terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan psikometri dan kognisi atau pemrosesan informasi. Demikian pula pembahasan proses mental terdapat beberapa pendekatan diantaranya pendekatan perilaku yang dikemukakan kaum behaviorisme, dan pendekatan kognisi atau pemrosesan informasi.

a. Pendekatan Kognisi

      Menurut Darlene V. Howard (1983) pandangan dari pendekatan kognisi dapat dikemukakan sebagai berikut:
      Pertama, pendekatan kognisi lebih menekankan pada cara mengetahui (knowing) dan bukan cara memberikan respon (responding). Pendekatan ini memilik kecenderungan untuk menemukan cara ilmiah dalam proses mental seorang individu dalam upaya memperoleh penguasaan (acquisition) dan pengaplikasian (application) pengetahuan. Ini berarti penekanan pendekatan kognitif bukan terletak pada hubungan stimulus-respon tetapi pada apa yang terjadi dalam proses mental tersebut. Atau dengan kata lain lebih banyak mempergunakan pikiran (mind) dan bukan dengan tindakan/perbuatan (behavior). Descartes menyatakan: Cogito Ergo sum (“Saya berpikir, karena itu saya ada”), dan bukan “Saya berbuat/bertindak, maka saya ada”.
Selanjutnya menurut Howard (1983) selain bahwa kognisi memiliki tiga ciri sebagai telah diuraikan di atas, teori kognisi, yang dapat juga disebut sebagai teori pemrosesan informasi, memiliki tiga asumsi sebagai berikut:
      Pertama, asumsi yang menyatakan bahwa antara stimulus dan respon terdapat rangkaian tahapan pemrosesan (a series of stages of processing) yang tiap tahapnya memerlukan jumlah waktu yang pasti.
      Kedua, asumsi yang menyatakan bahwa jika stimulus diproses melalui tahapan tersebut, maka bentuk dan isi (form and content) stimulus diasumsikan telah melalui sejumlah tahapan perubahan atau transformasi.
      Ketiga, asumsi yang menyatakan bahwa setiap tahapan dari sistem pemrosesan memiliki kapasitas terbatas, dalam arti adanya batasan dalam jumlah pemrosesan yang dilakukan secara berkesinambungan. Menurut pendekatan pemrosesan informasi ini, penentuan rangkaian tahapan yang membentuk satu kognisi dan penentuan sifat dari perubahan atau transformasi yang terjadi pada tahap tersebut, sangat penting untuk dapat memahami sifat kognisi manusia.

b.   Teori Pemrosesan Informasi

            Pemrosesan informasi merupakan suatu sistem yang terdiri tiga subsistem yaitu: Register Sensorik (Sensory Registers), Memori yang bekerja (Working Memory), Memori Jangka Panjang (Long – Term Memory) (Howard, 1983).

Dalam pemrosesan informasi, dijelaskan oleh Howard (1983) dan Atkinson & Shiffrin (dalam Berk, 1989, dalam Djiwatampu, 1993) bahwa pemrosesan informasi terdiri 3 subsistem yaitu register sensorik (sensory registers), memori yang bekerja (working memory) atau memori jangka pendek (short-term memory) dan memori jangka panjang (long-term memory). Fungsi register sensorik adalah menyimpan informasi walaupun dengan durasi waktu yang sangat singkat. Fungsi memori yang bekerja adalah menyimpan informasi dalam waktu yang lebih lama; terutama bila dilakukan latihan (rehearsal), maka informasi tidak mudah dilupakan. Penyimpanan informasi tidak dalam bentuk aslinya, tetapi dengan pengkodean (coding). Memori jangka panjang berfungsi menyimpan informasi secara permanen (tetap), dan fungsi paling pentingnya adalah melakukan semantik (semantic) atau pemberian makna terhadap suatu memori. Di samping itu juga memori jangka panjang berfungsi melakukan pengkodean (coding) dan berfungsi sebagai prosedur (procedures) atau proses kontrol. Fungsi sebagai prosedur ini dapat disamakan dengan komputer. Komputer tidak hanya berfungsi menyimpan data tetapi juga sebagai program memanipulasi data sehingga memori jangka panjang mampu memecahkan masalah dalam berbagai bidang. Atau dengan kata lain melakukan proses kontrol (control processes) yang dapat dianalogikan dengan program komputer yang mengontrol alur informasi sehingga informasi disimpan dalam memori jangka panjang, dan dapat digunakan bila diperlukan. Memori jangka panjang juga merupakan strategi memecahkan masalah, mengingat kembali (recalling), memahami dan menghasilkan bahasa. Dalam pemrosesan informasi ini ada fungsi yang lain lagi yang disebut pengenalan pola (pattern recognation) yang intinya berfungsi melakukan identifikasi susunan stimulus sensorik yang kompleks.


3.   Pengertian Metakognisi (Metakomponen)
      Menurut Baker dan Brown (1984 dalam Hamilton & Ghatala, 1994: 132), ada dua macam tipe metakognisi, yaitu:
1)      Pengetahuan tentang kognisi (knowledge about cognition)
2)      Pengaturan kognisi (regulation of cognition)
         Pengetahuan tentang kognisi meliputi pengetahuan seseorang tentang sumber daya (resources) kognisinya sendiri, dan kesesuaian antara karakter pribadi seseorang pembelajar dengan situasi belajar. Baker dan Brown berpendapat bahwa pengetahuan tentang kognisi bersifat stabil sepanjang waktu. Pengetahuan tentang kognisi merupakan suatu bentuk pengetahuan deklaratif. Baker dan Brown juga berpendapat bahwa pengetahuan kognisi seseorang berkembang terlambat dibandingkan usianya, dan menjadi lebih sempurna pada usia yang lebih tua (Baker & Brown, 1984: 354 dalam Hamilton & Ghatala, 1994: 132).
         Sedang pengaturan kognisi merupakan mekanisme pengaturan diri yang digunakan oleh siswa yang aktif selama memecahkan masalah. Pengaturan kognisi meliputi aktivitas mengecek hasil dari setiap usaha memecahkan masalah, merencanakan aktivitas berikutnya, memonitor efektivitas dari setiap usaha dengan melakukan pengetesan, melakukan perbaikan dan evaluasi dari strategi belajar siswa (Baker & Brown, 1984: 354 dalam Hamilton & Ghatala, 1994: 132). Pengaturan kognisi bersifat tidak stabil, karena siswa mungkin menggunakannya dalam beberapa kesempatan tetapi tidak dalam kesempatan lain. Pengaturan kognisi merupakan bentuk pengetahuan prosedural. Walaupun pengaturan kognisi lebih sering digunakan oleh anak yang lebih tua atau orang dewasa, tetapi anak muda dapat mengatur aktivitasnya sendiri pada masalah yang sederhana.


Pandangan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa  
metakognisi merupakan pengetahuan dan kesadaran seseorang tentang kognisinya sendiri serta kemampuan mengatur proses kognisinya. Pengetahuan metakognisi meliputi pengetahuan deklaratif, prosedural dan kondisional. Pengaturan proses kognisi mempunyai tiga macam fungsi esensial yaitu merencanakan, memonitor, dan mengevaluasi proses kognisi agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA:

Prabowo, Hendro.1998. Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas Gunadarma